Wednesday, January 28, 2009

APA MAKNA SYAHID? JAWABNYA ADA DI GAZA.

Kirim Print
Allah SWT berfirman :

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya”. (Al-Baqoroh : 154

“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam Keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman. (yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). bagi orang-orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar. (yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, Maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung”.(Ali Imron : 169-172)

Syahid diirngi dengan syahid lainnya, jenazah datang silih berganti, iringan pembawa jenazah di Gaza tidak pernah berhenti, berpuluh-puluh orang tua memberikan ciuman terakhir dan perpisahan kepada anak-anak mereka dengan sabar dan keimanan yang tegar, dan ibu-ibu yang dengan ikhlas memberikan ucapan selamat tinggal kepada buah hati mereka yang mereka cintai.

“Jika saat ini kaum muslimin ingin memahami makna syahid yang disampaikan oleh Allah dan memberikannya derajat yang tinggi, memahaminya secara factual makna syahadah dan nilai-nilainya maka tidak akan didapatkan di dunia manapun tempat yang lebih baik dan afdhal dan gambaran yang jelas dari apa yang ada di Gaza akan makna syahadah yang mulia ini”.

Itulah ungkapan yang disampaikan S.R salah seorang pasukan perlawanan dengan bangga saat berada di perbatasan dalam menghadapi permusuhan Israel di Gaza. Dan dengan bangga juga beliau mengatakan : “Gaza merupakan sumber para syuhada yang sangat fenomenal di dalam dunia Islam saat ini, yaitu mengingatkan umat Islam makna kata syahadah dan apa yang mengiringinya dari petunjuk-petunjuk yang mulia tersebut”.

Bersamaan dengan mengalirnya air mata dan sungai darah dengan deras, tampak jalur Gaza yang tegar dan teguh menakjubkan. Dan dengan ucapan yang penuh keikhlasan kami sampaikan : “Selamat tinggal… selamat tinggal… kapan kita bisa bertemu kembali? “Telah bertambah para syuhada datang silih berganti, telah meninggalkan kita para syuhada yang mulia”.

Dengan lantunan yang indah diceritakan akan keajaiban syahadah yang merupakan cendera mata yang indah di alam yang kekal meninggalkan jalur Gaza dari anak-anak, pemuda, orang tua dan wanita yang berlomba-lomba menghadirkan para syuhada berikutnya.

Pesawat-pesawat tempur Israel dengan bermacam kendaraannya dan beragam warnanya yang menghujani bom di atas langit jalur Gaza tidak membuat mereka gentar dan takur, bahkan mereka dengan gagah berani maju menjadi pahlawan yang gagah, berdiri tegak menjadi tameng, menghadang para penjajah yang datang membawa dalam jiwa mereka ruh kematian… mereka menyebar dengan sarana sedikit dihadapan alat yang keras dan alat perang super canggih, namun mereka tetap berani menghadapinya : “Betapa banyak kelompok sedikit mampu mengalahkan kelompok yang besar dan banyak jumlahnya dengan izin Allah”. (Al-Baqarah : 249)

Jalur Gaza hingga hari ini tidak pernah berhenti menghadirkan syuhada, datang silih berganti, semuanya meninggalkan cerita dan kisah menarik dan penuh dengan kepahlawan dan perlawanan yang gagah dan kebanggaan sehingga menambah umat Islam ketsabat (keteguhan).

Sungguh ganjarannya adalah surga-surga wahai bunda…

Abdullah misalnya mencium tangan bundanya pada malam itu, dan bersegera pergi keluar menerobos kegelapan malam di tengah kota, walaupun ibunya berusaha mengingatkannya untuk tinggal di rumah pada malam itu, karena khawatir akan ada serangan dan bom yang jatuh menimpa dirinya, namun peringatan tersebut tidak berarti baginya. Abdullah menggenggam tangan ibunya dengan penuh rasa hormat lalu menciumnya dengan penuh kehangatan, lalu dia berkata kepada bundanya : “Bunda, jika saya tetap disini tidur dengan nyenyak, dan tetangga kita melakukan itu juga, sementara sahabat-sahabatku keluar berjuang dengan gagah berani… maka kenapa aku tidak boleh ikut bersama mereka sehingga aku dapatkan pasukan penjajah yang berjalan di sekitar rumah kita lalu membunuhnya”… kemudian dia menambahkan perkataannya : “Sungguh kalau aku datang membawa syahdah… janganlah engkau bersedih… karena yang demikian ganjarannya adalah jinan (surga-surga) wahai ummi Abdullah… jinan (surga-surga) bukan jannah saja”.

Adapun Abu Raid kisahnya lain lagi, beliau menghubungi kedua anaknya yang berada di perbatasan menjaga kamp pertahanan bukan untuk memberikan wasiat agar mereka tenang namun justru memberi memotivasi untuk berjihad lebih banyak dan lebih banyak lagi dan memberikan bekal dengan keimanan yang matang: beliau menyampaikan kepada kedua anaknya akan besarnya ganjaran syahadah dan apa-apa yang menunggu mereka… dengan penuh tsiqoh dia berkata : “Kita menghadiahkan kepada kaum muslimin pelajaran-pelajaran akan makna tsabat dan cinta syahadah di jalan Allah, mereka adalah prajurit yang dilindungi oleh mobil-mobil tank yang tangguh dan pesawat-pesawat tempur yang canggih, sementara anak-anak kita menghadapi mereka dengan telanjang dada dengan penuh keberanian dan ketegaran”.

Seorang wanita Palestina dengan penuh senyum dan cahaya yang menyinari wajahnya yang menjadi salah satu pahlawan perjuangan bersama sayap militer hamas al-qassam. Abu Raid menyampaikan wasiatnya sebelumnya kepergiannya menjemput syahadah…

Adapun pejuang lainnya berkata kepada situs islamonline.com : Kami rindu kematian sebagaimana mereka merindukan kehidupan, karena kematian kami adalah syahadah dan kehidupan yang tidak akan punah selamanya”.

Disisi lainnya ada seorang wanita yang anaknya mati syahid di jalan Allah, dia memanggil suaminya dengan penuh kegembiraan seperti yang dilakukan oleh ibu-ibu lainnya dengan penuh kebanggaan, dia berkata : “Kelak dia akan memberikan syafaat kepada saya, orang tuanya dan tujuh puluh orang dari keluarganya , maka kemuliaan apa lagi yang saya inginkan selain dari ini semua… anak-anak kami tidak mati namun mereka hidup di sisi Tuhan mereka dengan rizqi yang berlimpah”.

Muhammad Syihab wakil MPR dari parlemen HAMAS mencium anaknya yang masih muda yang bernama Abdurrahman, yang telah mendapatkan syahidnya pada hari itu dan dengan penuh ketegaran beliau berkata kepada para wartawan : “Kita telah berpindah dari marhalah sabar kepada ridla… Anak-anak kita telah mendapatkan apa yang mereka cita-citakan…Demi Allah, kami sebagai orang tua mereka, juga menginginkan syahadah sebelum mereka.. kami iri dengan mereka yang telah mendahului kami mendapatkan surga firdaus yang tinggi tingkatannya”.

Allahu Akbar walillahilhamdu

sumber : ikhwanpress.com

No comments:

Post a Comment